Senin, 29 April 2024

Engkaulah perlindunganku pada hari malapetaka. [Yeremia 17:17]


Jalan orang Kristen tidak selalu terang oleh sinar matahari; kadang-kadang dia mengalami saat-saat gelap dan badai. Benar, ini tertulis di dalam Firman Allah, “Jalannya adalah jalan penuh bahagia, segala jalannya sejahtera semata-mata;” [Amsal 3:17] dan ini adalah kebenaran yang besar, bahwa agama diperhitungkan sebagai hal yang memberikan manusia kesenangan di bawah dan juga kebahagiaan di atas; tetapi dalam pengalaman kita, jika jalan orang benar “seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari,” [Amsal 4:18] terkadang cahaya itu terhalangi. Pada saat-saat tertentu awan menutupi matahari orang percaya, dan dia berjalan di dalam kegelapan dan tidak melihat cahaya. Banyak orang yang telah menikmati saat-saat kehadiran Allah dalam suatu musim; mereka telah mandi cahaya pada perjalanan awal sebagai orang Kristen; mereka telah berjalan pada “padang yang berumput hijau” di sebelah “air yang tenang,” [Mazmur 23:2] tetapi tiba-tiba mereka mendapati langit yang mulia itu berawan; alih-alih Tanah Gosyen mereka harus menjalani gurun pasir; alih-alih air manis, mereka menemukan aliran air yang bergelora, pahit rasanya, dan mereka berkata, “Tentunya, jika aku anak Allah, semua ini takkan terjadi.” Oh! janganlah berkata demikian, hai engkau yang berjalan di dalam kegelapan. Yang terbaik dari orang-orang kudus Allah harus minum empedu; anak-anak Allah yang paling dikasihi harus menanggung salib. Tidak ada orang Kristen yang terus-menerus menikmati kemakmuran; tidak ada orang percaya yang selalu bisa menjaga kecapinya dari pohon gandarusa [1]. Mungkin Tuhan pada mulanya memberikan jalan yang lancar dan tidak berawan, karena engkau lemah dan penakut. Tuhan membatasi angin yang menerpa domba yang baru saja dicukur, tetapi sekarang saat engkau sudah lebih kuat dalam kehidupan rohani, engkau harus memasuki pengalaman yang lebih matang dan kasar sebagai anak-anak Allah yang sudah dewasa. Kita membutuhkan angin dan badai untuk melatih iman kita, untuk mematahkan dahan busuk ketergantungan pada diri, dan untuk membuat kita berakar lebih kuat dalam Kristus. Hari malapetaka menunjukkan kita nilai dari pengharapan kita yang mulia.

____________________
[1] Menggantungkan kecapi pada pohon gandarusa, merupakan ungkapan kesedihan dalam Mazmur 137:2 saat umat Israel dibuang ke Babel.

RENUNGAN PAGI (diterjemahkan dari Morning and Evening: Daily Readings, Charles H. Spurgeon).
Isi renungan ini bebas untuk disalin dan disebarluaskan.

BAGIKAN MELALUI

Unfortunately, we currently do not have English devotions available.